Kasus resistensi bakteri terhadap antibiotika sudah terjadi. Bahkan beberapa bakteri mampu bertahan dari antibiotika yang dikonsumsi manusia.
Data menyebutkan, sebanyak 3.235 kasus yang dilaporkan di Jerman, 72 diantaranya menderita sindrom uremik hemolitik, penyakit yang mengancam jiwa karena mengancurkan ginjal dan sistem syaraf. Bakteri e.coli tersebut diidentifikasi sebagai E. Coli Enterohaemorhagic (EHEC) yang didalamnya mengandung gen yang kebal terhadap antibiotika.
Hal itu diungkapkan Prof. Dr. M. Kuswandi Tirtodiharjo, S.U., M.Phil., Apt., saat dikukuhkan dalam Jabatan Guru Besar pada Fakultas Farmasi UGM, Kamis (22/120 di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Tahun 2010 menunjukkan bahwa 79% strain E.coli resisten terhadap ampisilin, sedang 30% strain resisten terhadap siprofloksasin. Pada tahun 1999-2000 di Amerika terjadi kasus sebanyak 43% infeksi S. aureus resisten terhadap metisilin,”terangnya.
Kuswandi menyampaikan bahwa bakteri memiliki gen resisten dari hewan. Sebagian besar pemakaian antibiotika justru bukan untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia, melainkan untuk tujuan lain.
Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlama munculnya bakteri resisten terhadap antibiotika. “Beberapa diantaranya adalah mengontrol pasien terinfeksi dan memonitor pemakaian natibiotika, pengawasan pemakaian antibiotika di bidang pertanian dan peternakan,”ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar