Pemanasan global merupakan fenomena
global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia, pertambahan
populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan industri. Oleh karena itu peristiwa
ini berdampak global. Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya
pemanasan global terdiri dari:
Konsumsi Energi Bahan Bakar Fosil.
Sektor industri merupakan penyumbang
emisi karbon terbesar, sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua.
Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi bahan
bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total konsumsi energi, sedangkan listrik
menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari total konsumsi energi. Dari
sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah kaca sebesar 24,84% dari total
emisi gas rumah kaca.
Indonesia termasuk negara
pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang, India dan Korea
Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya penduduk
yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun dalam
perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak sebesar
penggunaan energi per orang di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim, USA
mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar
penduduk, Cina mengemisikan 3 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah 1,3 milyar
penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan jumlah 1 milyar
penduduk.
Dengan demikian, banyaknya gas rumah
kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini berkaitan dengan gaya hidup dan
jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan penduduk yang mempunyai gaya hidup
sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil,
berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca,
karena akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah.
Sampah menghasilkan gas metana
(CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah
merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota di Indonesia. Menurut
Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995 rata-rata orang di
perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun
2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus meningkat
sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500
juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan
mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Dengan demikian, sampah di
perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial, mempercepat proses terjadinya
pemanasan global.
Kerusakan hutan.
Salah satu fungsi tumbuhan yaitu
menyerap karbondioksida (CO2), yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca,
dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini di Indonesia diketahui telah
terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju kerusakan hutan di Indonesia,
menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun.
Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan,
antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara
besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman
Industri (HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses
penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal. Hal ini akan mempercepat
terjadinya pemanasan global.
Pertanian dan Peternakan.
Sektor ini memberikan kontribusi
terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang
yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian,
pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian, serta
pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu
gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor pertanian
dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas
rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
Dampak Pemanasan Global
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
- Kenaikan Temperatur Global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
- Pergeseran Musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan. Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin tajam. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan. Kondisi ini akan semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi.
Kedua peristiwa tersebut akan
menimbulkan dampak pada beberapa sektor :
Kehutanan.
Terjadinya pergantian beberapa
spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam,
dimana spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan
akan berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu
beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi
merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan
rumput-rumput dan ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran
hutan menyebabkan punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
Perikanan.
Peningkatan suhu air laut
mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang, dan selanjutnya matinya
terumbu karang, sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang
meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan
suhu secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya
terumbu karang dan migrasi ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena
menurunkan hasil tangkapan mereka.
Pertanian.
Pada umumnya, semua bentuk sistem
pertanian sensitif terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada
pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada
pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan
penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga
akan terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan
iklim akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional.
Kesehatan.
Dampak pemanasan global pada sektor
ini yaitu meningkatkan frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang
ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah), mewabahnya diare, penyakit
kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit kulit. Kenaikan suhu udara akan
menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek sehingga nyamuk makin cepat
untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan menyebabkan
terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit
diare dan penyakit leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau
panjang akan mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya
penyakit diare dan penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) juga menjadi ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
Menurut
saya :"harus dilakukan untuk
mengatasi ancaman pemanasan global adalah melakukan penghematan energi listrik,
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menghentikan penebangan dan pembakaran
hutan," Pemerintah harus didesak untuk menggunakan energi terbaru
seperti matahari, air dan angin yang lebih ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar